/pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"> MAKALAH HADIS AKUTANSI

www.emaskuwinggo.blogspot.com

Monday 18 July 2016

MAKALAH HADIS AKUTANSI

BAB I
PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang Masalah
Akuntansi adalah serangkaian proses yang memiliki tujuan utama yaitu menyajikan informasi keuangan dalam periode tertentu yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan baik dalam bank syariah maupun diluar bank syariah. Kemunculan bank syariah sebagai organisasi yang relative baru menimbulkan tantangan besar.para pakar syariah Islam dan akuntansi harus mencari dasar bagi penerapan dan pengembangan standar akuntansi yang berbeda dengan standar akuntansi bank konvensional seperti telah dikenal selama ini. Standar akuntansi tersebut menjadi kunci sukses bank syariah dalam melayani masyarakat disekitarnya sehingga, seperti lazimnya, harus dapat menyajikan informasi yang cukup, dapat dipercaya, dan relevan bagi para penggunanya, namun tetap dalam konteks syariah Islam. 
Kali ini pemakalah akan mencoba menguraiakan sedikit tentang bagaimana akuntansi ditinjau dari Alqur’an dan Alhadist.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Saja Ayat AlQur’an Tentang Akuntansi?
2.      Apa Saja Ayat Hadist Tentang Akuntansi?



BAB II
PEMBAHASAN

Pada dasarnya, kegiatan akuntansi merupakan kegiatan mencatat, dilanjutkan dengan menganalisis, menyajikan dan menafsirkan data keuangan dari aktifitas berhubungan dengan produksi, pertukaran barang-barang danjasa-jasa, atau berhubungan dengan pengelolaan dana-dana bagi perusahaan yang bertujuan memperoleh keuntungan, akuntansi memberikan metode untuk menentukan apakah lembaga tersebut memperoleh keuntungan atau sebaliknya menderita kerugian, sebagai hasil dan transaksi-transasi yang dilakukan. Akuntansi sebagai alat bantu  manajemen (tool management) dapat memberikan informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan seperti tercermin pada catatan keuangan perusahaan yang bersangkutan.
Adapun dasar hokum atau ayat alqur’an dan hadis adalah sebagai berikut :

A.    Ayat AlQur’an Tentang Akuntansi
1.      QS.al-Baqarah:282
                                                                                                                                                   
Artinya :Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah[179] tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

a.       Tafsir
Perintah menulis utang piutang dipahami oleh banyak ulama sebagai  anjuran, bukan kewajiban. Memang sungguh sulit perintah itu diterapkan oleh kaum muslimin ketika turun ayat ini jika perintah utang-piutang bersifat wajib karena kepandaian tulis menulis pada masa itu sangatlah langka. 
Perintah tulis menulis mencakup  perintah kepada kedua orang  yang bertransaksi, dalam arti salah seorang menulis dan apa yang dituliskan di serahkan kepada mitranya jika mitra pandai tulis baca, dan bila tidak panda, atau keduanya tidak pandai maka hendaklah mencari orang ketiga.
Dan Allah menegaskan : dan hendaklah seorang penulis berlaku adil diantara kamu menulis dengan adil, yakni yang benar, tidak menyalahi ketentuan allah dan perundangan yang berlaku dalam masyarakat. Tidak merugiakan salah satu pihak yang bermuamalah, sebgaimana dipahami dari kata adil diantara kamu. Dengan demikian, dibutuhkan tiga criteria bagi penulis, yaitu kemampuan menulis, pengetahuan, tentang aturan serta tatacara menulis, dan kejujuran.

b.      Kandungan Ayat
Adapun kandungan ayat tersebut terdapat prinsip dasar yang universal dalam operasional akuntansi syariah yaitu:

1)      Prinsip pertanggung jawaban
Prinsip pertanggung jawaban (accountability) merupakan konsep yang tidak asing lagi dikalangan masyarakat muslim. Pertanggung jawaban selalu berkaitan dengan konsep amanah. Bagi kaum muslim, persoalan amanah merupakan hasil transaksi manusia dengan sang khaliq mulai dari alam kandungan . manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifah dimuka bumi. Manusia dibebani amanah oleh Allah untuk menjalankan fungsi-fungsi kekhalifahannya. Inti kekhalifahan adalah menjalankan atau menunaikan amanah.
Yang intinya banyak ayat al-Quran yang menjelaskan tentang proses pertanggung jawaban manusia sebagai pelaku amanah Allah dimuka bumi. Dan jika diimplikasikan dalam bisnis dan akuntansi adalah bahwa individu yang terlibat dalam praktik bisnis harus selalu melakukan pertanggung jawaban apa yang telah diamanatkan dan diperbuat kepada pihak-pihak terkait. Wujud pertanggung jawabannya bisaanya dalam bentuk pelaporan akuntansi.

2)      Prinsip keadilan  
Jika ditafsirkan lebih lanjut ayat 282 surat al-Baqarah mengandung prinsip keadilan dalam melakukan transaksi. Prinsip keadilan ini tidak saja merupakan nilai yang sangat penting dalam etika kehidupan sosial dan bisnis, tetapi juga merupakan nilai yang secara inheren melekat dalam fitrah manusia. Hal ini berarti bahwa manusia itu pada dasarnya memiliki kapasitas dan energy untuk berbuat adil dalam setiap aspek kehidupannya.
Dalam konteks akuntansi, menegaskan kata adil secara sederhana dapat berarti bahwa setiap transaksi yang dilakukan oleh perusahaan dicatat dengan benar. Misalnya, bila nilai transaksi adalah sebesar Rp 100 juta , maka akuntansi (perusahaan) akan mencatatnya dengan jumlah yang sama.
Dengan demikian, kata keadilan dalam konteks aplikasi akuntansi mengandung dua pengertian , yaitu : pertama, adalah berkaitan dengan praktik moral, yaitu kejujuran, yang merupakan factor yang sangat dominan. Dimana tanpa kejujuran ini informasi yang disajikan akan menyesatkan dan sangat merugikan masyarakat. Kedua, kata adil bersifat lebih fundamental (dan tetap berpijak pada nilai-nilai etika atau syariah dan moral), pengertian kedua inilah yang lebih merupakan sebagai pendorong untuk melakukan upaya-upaya dekonstruksi terhadap bangun akuntansi modern menuju pada bangun akuntansi (alternatif) yang lebih baik.
3)      Prinsip kebenaran 
Prinsip kebenaran ini sebenarnya tidak dapat dilepaskan dengan prinsip keadilan. Sebagai contoh misalnya , dalam akuntansi kita akan selalu dihadapkan pada masalah pengakuan, pengukuran dan pelaporan. Aktifitas ini akan dapat dilakukan dengan baik apabila dilandaskan pada nilai kebenaran. Kebenaran ini akan dapat menciptakan keadilan dalam mengakui , mengukur, dan melaporkan transaksi-transaksi ekonomi.


2.      QS.Ali Imron:85
                
Artinya : “siapa yang mencari menjadikan agama selain dari islam, maka tidaklah diterima (Allah ) dan ia diakhirat termasuk golongan orang-orang yang merugi.
a.       Tafsir
Barang siapa mencari agama selain islam, yakni ketaatan kepada Allah mencakup ketaatan kepada syari’at  yang ditetapkan-Nya yang intinya adalah keimanan dan keesaan-Nya mempercayaai para rasul, mengikuti dan mendukung mereka tunduk serta patuh pula akan ketentuan-ketentuan-Nya yang berkaitan dengan alam raya yang intinya adalah  penyerasian diri dengan seluruh makhluk dalam system yang diterapkan-Mya maka sekali-kali tidaklah akan diterima agama itu darinya dalam kehidupan dunia ini , dan dia – bila dunia ini patuh pada selain Allah.
b.      Kandungan Ayat 
Akuntan muslim harus meyakini, bahwa islam sebagai way of life, menjadikan islam sebagai jalan hidup dengan harapan keridhaan Allah SWT. Semua kegiatan di dunia (muamalah) akan sia-sia jika manusia  tidak taat kepada Allah.


3.      QS.An-Nisa: 135
                                         
Artinya :“wahai orang-orang yang beriman jadilah kamu benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu.jika ia kaya ataupun miskin. Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan”  
a.       Tafsir
wahai orang-orang yang beriman jadilah kamu benar-benar penegak keadilan yang sebenar-benarnya, menjadi saksi karena Allah, yakni selalu merasakan kehadiran Ilahi memperhitungkan segala langksh kamu dan menjadikannya demi karena Allah biarpun keadilan yang kaumu tegakkan itu terhadap diri-sendiri  atau terhadap ibu bapak  dan kaum kerabatmu, misalnya terhadap anak, atau saudara dan paman kamu sendiri jika ia, yakni pribadi yang di saksikan kaya yang oleh jadi kamu harapkan bantuannya atau dia disegani dan diakui atau pun miskin yang bisaanya dikasihi, sehingga menjadikan kamu bertindak tidak adil guna memberikan manfaat atau menolak mudharat yang dapat jatuh atas mereka maka jangan sekali-kali jadikan kondisi itu alasan untuk tidak menegakkan keadilan karena Allah lebih utama dan lebih tabu kemaslakhatan mereka sehingga tegakkan keadilan demi karena Allah.
b.      Isi Kandungan Ayat
Akuntan harus memiliki karakter yang baik , jujur, adil dan dapat dipercaya. Dan akuntan tidak boleh membedakan nasabah yang satu dengan nasabah yang lain sehingga tidak terjadi keadilan antara keduanya. Jujur menuliskan apa yang dia seharusnya tulis. Dan akuntan harus dapat menjaga amanah yang diberikan. 


B.     Hadis Tentang Akuntansi
1.      Hadis tentang penghitungan
Raulullah bersabda”Hitunglah diri kalian sebelum kalian dihitung (hisab) timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang. Adalah lebih ringan kalian menghitung diri kalian sebelum besok dihitung”
a.       Tafsir
Hadis diatas mendorong manusia untuk melakukan penghitungan yang sebenar-benarnya, dan memperbaiki apa yang telah mereka hitung sebelum dipertanggung jawabkan di akhirat kelak. Pada hal ini kejujuran sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sebenar-benarnya dalam penghitungan tersebut.
b.      Kandungan Hadis
Semua perbuatan hari ini akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Maka perbuatan seorang akuntan harus melakukan penghitungan yang sebenar-benarnya karena masih akan dipertanggungjawabkan kelak.


2.      Hadis tentang Kejujuran
Artinya :Abdullah bin Mas’ud berkata: “Bersabda Rasulullah : Kalian harus jujur karena sesungguhnya jujur itu menunjukan kepada kebaikan dan kebaikan itu menunjukkan kepada jannah. Seseorang senantiasa jujur dan berusaha untuk jujur sehingga ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian dusta karena sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada keburukan dan keburukan itu menunjukkan kepada neraka. Seseorang senantiasa berdusta dan berusaha untuk berdusta sehingga ditulis disisi Allah sebagai seorang pendusta” (HR Muslim)
a.       Tafsir
Dalam hadits ini mengandung isyarat bahwa siapa yang berusaha untuk jujur dalam perkataan maka akan menjadi karakternya dan barangsiapa sengaja berdusta  dan berusaha untuk dusta maka dusta menjadi karakterya. Dengan latihan dan upaya untuk memperoleh, akan berlanjut sifat-sifat baik dan buruk.  
Hadits diatas menunjukkan agungnya perkara kejujuran dimana ujung-ujungnya akan membawa orang yang jujur ke jannah serta menunjukan akan besarnya keburukan dusta dimana ujung-ujungnya membawa orang yang dusta ke neraka.
b.      Kandungan Hadis
Kejujuran termasuk akhlak terpuji yang dianjurkan oleh Islam, Diantara petunjuk Islam hendaknya perkataan orang sesuai dengan isi hatinya, Jujur merupakan sebaik-baik sarana keselamatan di dunia dan akhirat, Seorang mukmin yang bersifat jujur dicintai di sisi Allah Ta’ala dan di sisi manusia., Membimbing rekan lain bahwa jujur itu jalan keselamatan di dunia dan akhirat.


3.      Hadis tentang ketelitian
Rasulullah saw: Perlahan-lahan itu dari Allah dan tergesa-gesa itu dari setan. . (Al Mahâsin)
a.       Tafsir
Hadis diatas menjelaskan perlahan-lahan memiliki arti bersabar dan penuh ketelitian dalam menjalankan sesuatu adalah bimbingan Allah. Dan tergesa-gesa itu diartikan sebagai pengaruh nafsu setan.
b.      Kandungan Hadis
Seorang akuntan diharapkan mempunyai sifat seperti diatas yaitu bersabar dan  penuh ketelitian dalam mengerjakan tugasnya dalam hal penghitungan keuangan.
Dari landasan hokum dari Alqur’an dan hadis diatas dapat di tarik prinsip umum akuntasi syari’ah adalah penulisan (faktubuhu) baik nominal kecil maupun nominal besar. Janganlah kamu jemu menulis utang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu lebih adil disisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keragu-raguan. Bisaanya, kebanyakan orang merasa malas dan jemu menuliskan transasi utang, piutang dan mendatangkan saksi karena alasan repot dan sudah saling mengenal. Pada prinsipnya Allah mengajarkan tahapan tersebut sebagai wujud dan prinsip keadilan. Bagaimana mungkin norma keadilan bisa terungkap apabila pihak yang bertransaksi tidak mempunyai bukti apapun. Tidak adanya penulisan yang mengikat hanya boleh dilakukan pada transaksi tunai, namun meskipun transksi tunai meski ada saksi bila terjadi kondisi yang dapat merugikan salah satu pihak maka saksi bisa dipanggil.  



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Nilai terpenting dari kesadaran yang harus dimiliki oleh manusia adalah sifat ketundukan dan kepatuhannya kepada tuhan semesta ala mini, menjadikan konsekuensi bahwa manusia dalam melakukan semua aktifitas dalam seluruh masa hidupnya harus dioperasikan atas dasar nilai-nilai etika atau syariah yang berlaku, yang dalam kaitannya dengan akuntansi dinamakan etika akuntansi (akuntansi syariah). 
Sebuah prinsip dasar dalam akuntansi perbankan syari’ah adalah kejujuran, keadilan, ketelitian, kecermatan dan asas kesungguh-sungguhan. Setiap angkuntan perbankan syariah harus berpegang teguh pada ajaran islam sebagai landasan filsofis. Suatu hal yang terpenting adalah kejujuran dalam menjalankan tugasnya yaitu mencatat. Akuntan diminta menyajikan laporan sesuai dengan fakta yang ada.
Ada suatu kasus akuntan memberikan laporan keuangan yang berbeda. Misalnya terkait dengan pajak. Akuntan membuat laporan yang seramping mungkin untuk mendapatkan beban pajak yang kecil. Pada saat membuat laporan untuk BI dan dewan direksi akuntan lebih pandai dengan membuat laporan keuangan yang fantastic. Hal ini tidak pernah dibenarkan dalam islam.
Menurut pemakalah kejujuran seorang akuntan dalam penghitungan adalah pilar utama dalam mewujudkan Perbankan syari’ah yang benar-benar 100% syari’ah. Perbankan syari’ah seharusnya jangan takut melepaskan diri dari prinsip konvensional.


B.     Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya pada Penulis sendiri. Pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, maka dari itu pemakalah mengharapkan kritik dan saran yang membangun, demi lebih baiknya makalah ini. Terima kasih.


DAFTAR PUSTAKA

Muhammad. 2002. Pengantar Akuntansi Syariah. Jakarta :Salemba Empat
Hasan basri al-kufi, dkk, “pena qur’an. PT Pena Pundi aksara. Jakarta:2002 
Shihab, Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah Vol 2. Jakarta : Lentera Hati
Rasjid, Sulaiman. 1994. Fiqh Islam. Bandung : Sinar  Baru Algensindo 
Muhammad. 2002. Manajemen Keuangan Syari’ah. Jakarta :Salemba Empat
Jurnal Akuntansi Syari’ah online UMY
Suwikno, Dwi. 2010. Ayat-ayat Ekonomi Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar





Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : MAKALAH HADIS AKUTANSI

0 komentar:

Post a Comment