BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang Masalah
Bila Rasulullah SAW mengabarkan kepada kita bahwa salah satu di antara tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat adalah salam tidak diucapkan kecuali kepada orang-orang yang dikenal saja, dan kaum muslimin telah mengganti kalimat salam tersebut dengan kalimat-kalimat yang sama sekali jauh dari tuntunan sunnah, hari ini kabar beliau tersebut telah semakin nyata kebenarannya.
Terbukti pada hari ini, sebagian kaum muslimin mengucapkan salam hanya kepada orang-orang tertentu saja dari kelompoknya, partainya, golongannya, kaumnya, sukunya, atau hanya kepada orang-orang yang dikenalnya saja. Lebih dari itu, sebagian kaum muslimin yang mengaku dirinya sebagai akademisi muslim, sarjanawan muslim, cendekiawan muslim, dan para ilmuwan muslim yang belajar Islam kepada Barat dan para orientalis telah mengganti kalimat salam dengan kalimat-kalimat yang menurut mereka lebih modern, gaul, dan maju, dan sesuai dengan zaman hari ini, seperti ‘selamat pagi, selamat siang, selamat malam, dan kalimat-kalimat lainnya’, yang tidak lain hanyalah adopsi dan impor dari Barat dan orang-orang kafir.
Namun atas nama kemajuan, pluralis, liberalis, mereka katakana ini bagian dari pada Islam dan bukti bahwa Islam sebagai dari rahmatan lil’alamin.
BAB II
PEMBAHASAN
MENYEBARLUASKAN SALAM
A. Pengertian Salam
Secara harfiah salam berasal dari kata salima- Yasiamu-Salaamatan, yang berarti selamat. Lafadz ini dipakai dalam beberapa ayat Al-Quran, misalnya pada QS. Al-An’am:54.
Artinya ; “ Apabila orang – orang yang beriman kepada ayat – ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah; “ Salaamun’Alaikum ( Mudah – mudahan Allah melimpahkan keselamatan atas kamu), Tuhan-mu telah menetapkan atas dir-Nya kasih sayang.”
Kata salam yang merupakan isim mashdar dari kata salima memiliki makna yang cukup banyak, diantaranya keselamatan, kedamaian, ketenteraman, penghormatan, ketundukan dan ketaatan. Inilah makna – makna harfiah yang ada dalam salam. Dari kata salima muncul kata aslama yang artinya menyelamatkan, mendamaikan, menenudukkan, dan seterusnya. Dari kata aslama inilah muncul kata islam yang kemudian menjadi nama dari agama kita .
Al-jarjani mendifinisikan salam sebagai selamatnya seseorang dari bencana baik di dunia maupun di akhirat (tajarrud al-nafsi’an al-mihnati al-darain). Dari definisi ini dijelaskan bahwa salam merupakan tujuan utama dari Islam, yakni selamatnya seorang Muslim di dunia dan di akhirat. Salam juga merupakan doa yang berisi permohonan kepada Allah Swt. Agar orang yang diberi salam memperoleh keselamatan di dunia maupun di akhirat.
Karena begitu pentingnya isi dari salam , maka Allah memerintahkan kepada orang – orang yang beriman agar selalu mengucapkan atau menyebarkan salam kepada orang lain yang seiman, yang dijelaskan dalam :
Al Quran
Allah SWT berfirman didalam Al-quran Surah An Nuur ayat 27.
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.
Dan Allah SWT berfirman didalam Al-quran Surah An Nuur ayat 61.
.......
Artinya: .... Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya.
2. Hadist
Hadits salam
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ سَلاَمٍ، أَخْبَرَنَا مَخْلَدٌ، أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ، قَالَ:
أَخْبَرَنِي زِيَادٌ، أَنَّهُ سَمِعَ ثَابِتًا، مَوْلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ زَيْدٍ: أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ، يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يُسَلِّمُ الرَّاكِبُ عَلَى المَاشِي، وَالمَاشِي عَلَى القَاعِدِ، وَالقَلِيلُ عَلَى الكَثِيرِ
Artinya:
Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Salam telah mengabarkan kepada kami Makhlad telah mengabarkan kepada kami Ibnu Juraij dia berkata; telah mengabarkan kepadaku Ziyad bahwa dia mendengar Tsabit bekas budak Abdurrahman bin Zaid, bahwa dia mendengar Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Hendaknya orang yang berkendara memberi salam kepada yang berjalan, dan yang berjalan memberi salam kepada yang duduk dan (rombongan) yang sedikit kepada (rombongan) yang banyak."
Begitu juga ketika masuk dan meninggalkan suatu tempat atau rumah, disunnahkan untuk mengucapkan salam. Sabda Rasulullah SAW:
إذادخلتم بيتا فسلموا على أهله فإذا خرجتم فأودعواأهله بسلام
(رواه البيهقى)
Artinya : “Apabila seorang di antara kamu masuk ke dalam suatu rumah, maka hendaklah dia mengucapkan salam. Apabila ia lebih dulu berdiri meninggalkan rumah itu, hendaklah ia mengucapkan atau memberi salam pula.” (H.R. Al – Baihaqi)
3. Sunnah Para Nabi dan Rasul
Abu Hurairah RA mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:"Ketika Allah telah menjadikan Adam, maka Allah memerintahkan:"Pergilah kepada para Malaikat dan ucapkan salam kepada mereka yang tengah duduk. Dengarkanlah jawaban salam mereka, karena itu akan menjadi ucapan salam bagi kamu dan anak cucumu kelak!" Maka pergilah Nabi Adam dan mengucapkan:"Asalaamu ‘alaikum!" Para Malaikat
menjawab:"Assalaamu ‘alaika warahmatullaah!" Mereka menambah warahmatullaah" (HR. Bukhary dan Muslim).
Al Qur'an menceritakan kisah Ibrahim AS: (Qs AdzDzaariyaat) aya 25
Artinya: (ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: "Salaamun". Ibrahim menjawab: "Salaamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal."
4. Perilaku Para Sahabat
Thufail Bin Ubay Bin Ka'ab pernah datang ke rumah Abdullah Bin Umar; lalu keduanya pergi ke pasar. Ketika keduanya sampai di pasar, tidaklah Abdullah Bin Umar menemui tukang rombeng, penjual toko, orang miskin dan siapa saja melainkan mesti memberi salam kepada mereka.
Suatu hari, Thufail Bin Ubay Bin Ka'ab datang lagi ke rumah Abdullah Bin Umar, dan diajak lagi ke pasar. Maka Thufail bertanya:"Perlu apa kita ke pasar? Kamu sendiri bukanlah seorang pedagang dan tidak ada kepentingan menanyakan harga barang atau menawar barang. Lebih baik bila kita duduk bercengkerama di sini". Abdullah Bin Umar menjawab:"Hai Abu Bathn! Sebenarnya kita pergi ke pasar hanya untuk memasyarakatkan salam. Kita beri salam kepada siapa saja yang kita temui di sana!" (Imam Malik dalam kitab Al Muwatha' dengan sanad shahih).
B. Hukum Mengucapkan Salam
1. Mengucapkan Salam
Hukum mengucapkan salam adalah sunnah yang dikuatkan (sunnah mu'akadah). Rasulullah SAW bersabda:"Jika seseorang di antara kalian berjumpa dengan saudaranya, maka hendaklah memberi salam kepadanya. Jika antara dia dan saudaranya terhalang pepohonan, dinding atau bebatuan; kemudian mereka berjumpa kembali, maka ucapkan salam kepadanya" (HR. Abu Daud).
Ketika menyampaikan salam, hendaknya seseorang memperdengarkan ucapan salamnya. Diriwayatkan oleh Tsabit bin ‘Ubaid rahimahullahu :
أَتَيْتُ مَجْلِسًا فِيْهِ عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ فَقَالَ: إِذَا سَلَّمْتَ فَأَسْمِعْ، فَإِنَّهَا تَحِيَّةٌ مِنْ عِنْدِ اللهِ مُبَارَكَةٌ طَيِّبَةٌ
Aku pernah mendatangi suatu majelis yang di situ ada Abdullah bin Umar RA. Maka beliau berkata, ‘Apabila engkau mengucapkan salam, perdengarkan ucapanmu. Karena ucapan salam itu penghormatan dari sisi Allah yang penuh berkah dan kebaikan’.” (HR. Al-Bukhari).
2. Menjawab Salam
Sedangkan hukum menjawab salam adalah wajib. Sebagaimana firman Allah SWT:" (An Nisaa' ayat 86).
Artinya: apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.
3. Ucapan Salam
Ucapan salam yang lengkap adalah "Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh" yang artinya "semoga seluruh keselamatan, rahmat dan berkah Allah dilimpahkan kepada kalian". Ucapan salam ini sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW ketika beliau tengah bersama isterinya, ‘Aisyah RA, beliau bersabda:"Ini Jibril mengucapkan salam kepada kamu". Maka ‘Aisyah RA menjawab:"Wa ‘alaihissalaam warahmatullaahi wabarakaatuh" (HR. Bukhary dan Muslim).
Idealnya seorang Muslim mengucapkan salam dengan lengkap, tetapi tetap diperkenankan seseorang untuk mengucapkan salam:
a. Assalamu’alaikum
b. Assalaamu’alaikum warahmatullaah,
c. Assalaamu’alaikum warahmatullaah wabarakaatuh (lengkap)
Semakin lengkap ucapan salam seorang, maka semakin banyak pula keutamaan yang diraihnya. Imran Bin Hushain RA menceritakan tentang seseorang yang mendatangi Rasulullah SAW dan mengucapkan salam:"Assalaamu ‘alaikum!" Rasulullah SAW menjawab salam tersebut, dan kemudian memberikan komentar:"Sepuluh!" Kemudian datang orang lain yang mengucapkan salam:"Assalaamu ‘alaikum warahmatullaah!" Rasulullah SAW menjawab dan kemudian memberikan komentar:"Duapuluh!" Dan datanglah orang ketiga dan mengucapkan salam:"Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh!" Maka Rasulullah SAW menjawab:"Tigapuluh!" (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Demikianlah, semakin lengkap ucapan salam seseorang, akan semakin banyak pula keutamaan yang dia peroleh.
4. Ucapan Balasan Salam
Sedangkan jawaban salam, minimal setara dengan ucapan salam; dan kalau bisa, malah dilebihkan. Allah Ta'ala berfirman:" Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah yang lebih baik atau balaslah dengan yang serupa. Sehingga jawaban salam yang disyari'atkan adalah:
a. Bila ucapan salam "Assalaamu ‘alaikum" maka jawaban minimal adalah "Wa'alaikumussalaam", jawaban lebih adalah "Wa'alaikumussalaam warahmatullaah", dan jawaban lengkapnya adalah "Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh".
b. Bila ucapan salam "Assalaamu ‘alaikum warahmatullaah" maka jawaban minimal adalah "Wa'alaikumussalaam warahmatullaah", dan jawaban lengkapnya adalah "Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh".
c. Bila ucapan salam "Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh" maka jawaban minimal adalah "Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh"
C. Adab Salam
Adapun adab (tata cara) mengucapkan dan menjawab salam telah dijelaskan pula dalam banyak Hadist, secara sistematis sebagai berikut;
1. Kalimat Salam
Hadist dari Imran Bin Hushain ra, seseorang datang kepada Rasulullah SAW dan mengucapkan “ASSALAMU’ALAI-KUM”, maka dijawab oleh Nabi SAW, lalu ia duduk. Nabi bersabda; “ (Pahalanya)Sepuluh.” Kemudian datang lagi seorang yang lain member salam "Assalaamu ‘Alaikum Warahmatullaah", Setelah nabi menjawabnya, ia bersabda ; “ Dua Puluh”Kemudian datang orang yang ketiga dan mengucapkan "Assalaamu ‘Alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh"maka Nabi SAW menjawabnya dan bersabda ; Tiga puluh.”
Dari hadist ini, kita bisa menyimpulkan, ada tiga kalimat salam dengan masing – masing keutamaannya. Kemudian jika seseorang menitip salam kepada kita untuk disampaikna kepada yang lain, maka hal ini juga pernah terjadi, sebagaimana dijelaskan dalam hadist dari Aisyah RA; Rasullullah SAW memberitahukan saya bahwa Jibril menyampaikan salam lewat dia untuk saya, maka saya jawab; Wa’alaihissalam Warahmatullahi Wabarakatuh.”
Dalam Kitab “Zaadul Ma’ad”, Ibnul Qayim menjelaskan; “ Apabila seseorang menyampaikan salam kepadamu dari orang lain (titip salam), maka jawablah untuk yang menitip dan yang menyampaikan salam tersebut.” Jadi kalimatnya, “Wa’alaihi Wa’alaikum Salam Warahmatullahi Wabarakatuh”
2. Adab Memberi Salam
Secara umum, mengucapakan atau memberi salam lebih baik dilakukan tanpa mempertimbangkan waktu dan tempat, berdasarkan sabda Rasulullah SAW; Sebaik-baiknya manusia di sisi Allah ialah orang yang memulai mengucapkan salam.” Hadist lainnya, “ Seseorang bertanya;” Ya Rasulallah, kalau dua orang yang bertemu, manakah di antara keduanya yang harus mendahului memeberi salam? Rasulullah SAW menjawab: Ialah orang yang paling dekat kepada Allah”. Ada beberapa adab yang harus diperhatikan dalam menyebarkan salam, yaitu :
1. Urutan Salam
Sabda Rasulullah SAW :
a. Orang yang berkendaraan memberi salam kepada yang berjalan
b.Orang yang berjalan memberi salam kepada orang yang duduk
c. Rombongan yang sedikit memberi salam kepada rombongan yang lebih banyak
d. Yang kecil (muda) memberi salam kepada yang besar (tua) (HR. Bukhari).
e. Memberi salam kepada anak-anak
Anas Bin Malik RA memberi salam kepada anak-anak ketika dia berjalan di muka mereka. Kemudian Anas berkata:"Dahulu Rasulullah SAW juga berbuat seperti ini (HR. Bukhary dan Muslim).
Maka berilah salam kepada anak-anak sekaligus mengkondisikan mereka dengan akhlaq-akhlaq Islami sejak dini.
f. Memberi salam antara lelaki dan perempuan
g. Yang meninggalkan tempat member salam kepada yang ditinggal.
h.Ketika pergi meninggalkan atau pulang kerumah, ucapakanlah salam meski tak seorang pun ada dirumah (malaikat yang akan menjawab).
i. Jika bertemu berulang –ulang maka ucapkanlah salam setiap kali ketemu.
Pengecualian kewajiban menjawab salam:
1. Ketika sedang salat. Membalas ucapan salam ketika salat membatalkan salatnya.
2. Khatib, orang yang sedang membaca Al-Qur’an, atau seseorang yang sedang mengumandangkan Adzan atau Iqamah, atau sedang mengajarkan kitab-kitab Islam.
3. Ketika sedang buang air atau berada di kamar mandi.
Namun demikian, terdapat beberapa hal yang telah di atur di dalam Islam berkenaan salam, khususnya bagi hal memberi salam kepada salah seorang ahli rombongan yang ramai ketika saat bertemu dengan rombongan yang ramai tersebut. Sebahagian ulama memakhruhkan perbuatan tersebut. Bagi hal memberi salam menggunakan isyarat, terdapat sebahagian ulama memakhruhkan bahkan ada yang berpendapat hukumnya haram, baik dengan kepala, badan, atau tangan, seperti menundukkan kepala ketika berjumpa dengan orang lain, perbuatan tersebut merupakan kebiasaan orang-orang Yahudi dalam memberikan salam. Seperti hadis yang diriwayatkan oleh imam Nasa’I dengan sanad yang jayyid dari Jabir secara marfu’
لا تسلمواتسليم اليهود فإن تسليمهم بالرءوس والأكف.
(رواه النسائ)
Artinya : “ Janganlah memberkan salam dengan salamnya orang – orang Yahudi karena salam mereka adalah dengan kepala dan telapak tangan. ” (H.R. Muslim)
2. Mendahului Salam
Terlepas dari urutan dalam memberi salam, Rasulullah SAW mengajarkan untuk mendahului dalam memberi salam. Diharapkan kita tidak pasif dalam mengucapkan salam, yaitu sekedar menanti datangnya ucapan salam dari orang lain. Diharapkan pula kita tidak menjadi orang yang suka menuntut orang lain untuk mengucapkan salam duluan. Rasulullah SAW mengajarkan, justru yang memulai salam itulah orang yang lebih mulia.
Sabdanya:"Seutama-utama manusia bagi Allah adalah yang mendahului salam (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah SAW:"Ya Rasulullah, jika dua orang bertemu muka, manakah di antara keduanya yang harus terlebih dahulu memberi salam?" Rasulullah SAW menjawab:"Yang lebih dekat kepada Allah (yang berhak terlebih dahulu memberi salam)" (HR. tirmidzi).
3. Menjawab Setara atau Lebih
Apabila ada seseorang yang memberi salam kepada kita, maka idealnya kita memberikan jawaban yang sama (setara). Misalkan seseorang mengucapkan salam kepada kita:"Assalaamu ‘alaikum warahmatuulaah!" Minimal kita harus menjawab:"Wa'alaikumussalaam warahmatullaah!"
Lebih utama lagi, apabila kita memberikan jawaban yang lebih daripada ucapan salam tersebut. Misalkan seseorang mengucapkan salam kepada kita:"Assalaamu ‘alaikum warahmatuulaah!" Maka akan lebih baik apabila kita menjawab:"Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wabaraakatuh!"
Jawaban salam masih kurang setara apabila kita memberi jawaban:"Wa'alaikum salaam ...!" Harusnya, jawaban itu adalah:"Wa ‘alaikumus salaam ...!" Perbedaan antara keduanya adalah: salaam dan as salaam. Kata salaam berarti keselamatan, sedangkan kata as salaam memiliki makna seluruh keselamatan.Tentu saja tidak setara antara keselamatan dan seluruh keselamatan.Jawaban "Wa'alaikum salaam ..." mempunyai makna keselamatan atas kalian; sedangkan jawaban "wa ‘alaikumus salaam ..." mempunyai makna seluruh keselamatan atas kalian. Tentu saja jawaban "Wa'alaikum salaam (keselamatan atas kalian)..." tidak setara apabila pemberi salam megucapkan:"Assalaamu ‘alaikum (Seluruh keselamatan atas kalian).
4. Salam kepada Orang Non Muslim
Diharamkan seorang Muslim mendahului mengucapkan salam kepada orang Non Muslim. Rasulullah SAW bersabda:"Jangan kalian mendahului mengucapkan salam kepada orang Yahudi atau Nashrani" (HR. Muslim).
Tetapi apabila forumnya telah berbaur antara orang Muslim dengan Non Muslim, maka diperkenankan kita untuk memulai mengucapkan salam. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah SAW ketika melewati suatu majelis yang berbaur antara orang Muslim, musrikin penyembah berhala dan Yahudi. Beliau mengucapkan salam kepada mereka" (HR. Bukhary dan Muslim).
Apabila orang Non Muslim memulai mengucapkan salam, maka jawaban yang diperkenankan oleh syari'at adalah:"Wa ‘alaikum!" (Semoga anda juga). Itu saja, tidak usah diperpanjang lagi. Rasulullah SAW menasihatkan:"Jika orang-orang Ahli Kitab (Non Muslim) memberi salam kepada kamu, maka jawablah:"Wa ‘alaikum" (HR. Bukhary dan Muslim).
D. Keutamaan Salam
a. Mengucapkan salam merupakan salah satu perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya Shallallaahu alaihi wa Sallam, sebagaimana dalam hadits Barra’ bin Azib, ia berkata: “Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam memerintahkan kami untuk melakukan tujuh perkara, yaitu; menjenguk orang yang sakit, mengikuti jenazah, mendo’akan orang bersin yang mengucapkan alhamdulillah, membantu orang yang lemah, menolong orang yang dizhalimi, mengucapkan salam dan memenuhi sumpah.” (Muttafaq alaih).
b. Menimbulkan kasih sayang antar sesama, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
“Tidak akan masuk surga sampai kamu beriman, dan tidak beriman sehingga kamu saling mencintai. Dan maukah aku tunjukkan suatu perbuatan yang bisa membuatmu saling mencintai; yaitu tebarkan salam antar sesamamu.” (HR. al Bukhari - Muslim).
c. Merupakan amalan yang terbaik dalam Islam. Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra, seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam: “Apakah amalan yang paling baik dalam Islam?” Beliau menjawab:
“Memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang telah kamu kenal maupun yang belum kamu kenal”. (HR. al Bukhari - Muslim).
d. Mendapatkan berkah dan kebaikan dari Allah, sebagaimana firmanNya:
“Maka ketika kamu masuk rumah, ucapkan salam untuk dirimu sebagai penghormatan dari Allah yang berisi berkat dan kebaikan.”
e. Termasuk di antara perbuatan yang bisa memasukkan pelakunya ke dalam surga. Abu Yusuf Abdullah bin Salam Radhiallaahu anhu berkata; saya pernah mendengar Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
”Wahai manusia, tebarkanlah salam, berikanlah makan, lakukan silaturrahim, dan shalatlah ketika orang lain tidur malam, maka engkau akan masuk ke surga dengan selamat.” (HR. At Tirmidzi, dia berkata: “hasan shahih”).Pada kesempatan lain, Rasulullah SAW bersabda :
لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا، أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ
“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak dikatakan beriman hingga kalian bisa saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan terhadap satu amalan yang bila kalian mengerjakannya kalian akan saling mencintai? Yaitu sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demikian yang semestinya dilakukan oleh setiap orang tua dan kaummuslimindalam menanamkan kebiasaan ini. Begitu pula hendaknya yang ditempuh oleh seorang pengajar yang mendidik anak-anak. Dinasihatkan oleh Asy-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu: “Seorang pengajar apabila memasuki kelas hendaknya mengucapkan salam dengan mengatakan السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ, dan hendaknya dia mengetahui bahwa ini adalah perilaku Islami yang agung, yang memperkuat ikatan cinta dan kepercayaan di antara murid, maupun antara pengajar dengan muridnya.”
Beliau menambahkan: “Tidak sepantasnya salam yang diucapkan itu berupa kalimat ‘selamat pagi’ atau ‘selamat sore’. Namun tidak mengapa bila setelah mengucapkan salam dia ucapkan perkataan itu dengan sedikit perubahan, seperti misalnya ‘Semoga Allah berikan kebaikan padamu pagi ini’, sehingga ucapan itu mengandung makna doa….”
Inilah tuntunan Islam dalam mempererat hubungan persaudaraan di antara kaum muslimin. Tentunya, harus kita tinggalkan kebiasaan-kebiasaan yang jauh dari tuntunan Rasulullah SAW. Sebagai gantinya, menghidupkan sunnah yang demikian benderang ini dalam kehidupan kita dan anak-anak kita. Wallahu A’lam.
B. Saran
Untuk dapat mencapai suatu tujuan yang sama yaitu mendapatkan keridhoan dari Tuhan Yang Maha Esa dan dapat terjalin tali persaudaraan sesama umat khususnya muslim, maka seharusnya.
1. Diharapkan semua kalangan dapat mengerti yang terkandung dalam makalah kami, agar kita bisa memahami tentang ajaran islam yaitu meyebarkan salam.
2. Dengan membaca makalah ini tentang menyebarkan salam, seharusnya kita dapat menerapkan dalam kehidupan sehari – hari sesuai dengan sunnah Rasulallah SAW Karena secara tidak langsung kita telah menyebarkan kebaikan dengan mendoakan keselamatan orang lain dan diri kita sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Persefektif Islam dan Hadits , (Bandung: PT. Raja Rosdakarya, 1991).
Masyhuri, ʻAbdul ʻAziz. Masalah keagamaan: hasil muktamar dan munas ulama Nahdhatul Ulama kesatu-1928 s/d ketiga puluh, 2000. Agromedia Pustaka, 2004.
Kementerian Agama Republik Indonesia, AL-Qur’an dan Terjamahnya, (Jakarta: Pelita, 1979.
Thursday, 29 September 2016
MAKALAH TENTANG MENYEBARLUASKAN SALAM
Diposkan oleh
channel dunia
di
19:36:00
Related : MAKALAH TENTANG MENYEBARLUASKAN SALAM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment