/pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"> MAKALAH HADIST TARBAWI

www.emaskuwinggo.blogspot.com

Tuesday 19 July 2016

MAKALAH HADIST TARBAWI

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
       Manusia diciptakan dan dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, sesuai firman Allah dalam surat An Nahl ayat 78 yang berbunyi “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” Maka sudah menjadi kewajiban manusia untuk belajar mengenai apa yang belum diketahuinya seperti Hadits yang berbunyi “Belajarlah sejak lahir hingga masuk liang lahad (mati)”. Belajar bagi manusia makhluk sosial dan berbudaya jelas memiliki posisi dan peran sangat penting bagi kehidupannya. Dengan belajar, manusia bisa maju, melihat dunia, merubah dunia dan kehidupannya. Belajar merupakan suatu proses yang dihadapi manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu.
       Pada zaman sekarang, manusia bisa mendapatkan sumber belajar dengan mudah, tidak seperti zaman Rasulullah dan para shahabat. Sekarang informasi apapun bisa dapat di akses dengan mudah, sumber belajar tidak menjadi kendala lagi dalam proses belajar mengajar. Guru, alat tulis, tempat dan fasilitas lainnya sudah tersedia pada masa kini. Untuk dapat memperoleh belajar yang baik, maka dibutuhkan motivasi sebagai pendorong dan penggerak untuk selalu belajar. Kendati fasilitas zaman dahulu dan sekarang itu berbeda, namun Rasulullah melalui haditsnya selalu memberikan motivasi dan dorongan kepada para shahabat untuk selalu belajar.
       Dalam Islam, belajar merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Ini telah dibuktikan melalui banyaknya ayat-ayat dan hadits-hadits yang menunjukkan pentingnya belajar yang tidak dipandang dari usia, keturunan, bahkan pangkat dan kekayaan. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita sebagai kaum Muslimin yang teguh berpegang kepada al Qur’an dan Hadits, untuk terus tetap belajar dimanapun dan kapanpun kita berada. Belajar tidak mesti di dalam kelas, belajar bisa dimana saja, kepada siapa saja yang kita anggap lebih baik ilmunya dari kita.
       Dalam belajar, dibutuhkan suatu motivasi untuk dapat membangkitkan semangat dalam belajar. Karena motivasi amat begitu penting dalam kehidupan. Motivasi tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan seseorang sebagai organisme yang hidup dalam melakukan suatu perbuatan. Setidaknya motivasi berhubungan dengan kebutuhan mempertahankan kehidupan. Belajar merupakan kebutuhan rohani manusia. Oleh karena itu, motivasi dalam belajar amat dibutuhkan demi mencapai suatu tujuan belajar. Belajar yang baik akan menghasilkan sesuatu yang baik pula, dan belajar yang buruk akan menghasilkan sesuatu yang buruk pula. Dengan demikian, motivasi dan dorongan menjadi sesuatu yang penting dalam meningkatkan usaha belajar dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
       Motivasi belajar yang rendah adalah salah satu penyebab kurang berhasilnya seseorang dalam menempuh pendidikan. Seseorang yang kurang memiliki motivasi dalam belajar tentu akan lebih senang berada di luar kelas alias bolos. Belajar di kelas dianggap beban berat yang membosankan. Adapula murid yang membuang energi dan waktu tanpa hasil yang memadai, dan orangtua yang kurang mampu mengatur keadaan dalam keluarga agar anak dapat belajar dengan tenang dan merasa diperhatikan.. Menurut Al Maghribi bin Said Al Maghribi dalam karyanya “Begini Seharusnya Mendidik Anak”, mendidik melalui cara ini termasuk unsur terpenting dalam unsur-unsur pendidikan Islami dengan syarat motivasi tersebut seimbang tanpa mengurangkan ataupun melebihkan.
       Betapa mulianya Islam dengan segala aturan yang ada. Maka pantas saja bahwa Rasulullah mewariskan al Qur’an dan Sunnah agar umatnya dapat hidup selamat di dunia dan akhirat. Namun, untuk dapat berpegang teguh kepada keduanya, haruslah ditempuh dengan jalan menuntut ilmu yakni belajar. Orang yang menuntut ilmu tidak akan sengsara hidupnya, orang yang berilmu akan selalu dihormati oranglain, namun hal ini bukan berarti kita menuntut ilmu hanya karena ingin dihormati oranglain. Menuntut ilmulah karena Allah, karena segala apa yang diniatkan hanya karena Allah akan berujung kenikmatan lahir dan bathin.

Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas, maka disini dapat kita rumuskan suatu rumusan masalah yaitu:
Apakah Rasulullah memiliki cara berbeda dalam hal memotivasi umatnya untuk selalu belajar?
Bagaimana cara Nabi Muhammad Saw memompa semangat umat Islam dalam belajar melalui Hadits yang keluar dari beliau?
Dari sisi mana Rasulullah memotivasi umatnya?
Adakah hubungannya dengan teori yang ada di Barat?
Dari sisi intrinsik dan ekstrinsik, manakah yang lebih baik didahulukan?

Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Untuk mengetahui hadits tentang belajar dalam Hadits
Untuk menjadikan hadits Nabi sebagai dasar dalam belajar dan pendidikan
Agar lebih mencintai agama Islam yang telah mengangkat derajat manusia bukan karena pangkat dan hartanya, melainkan karena ilmunya.
2. Kegunaan Penelitian
Mengetahui hadits-hadits yang berkaitan dengan motivasi belajar
Sebagai bahan upaya pengembangan  diri bagi penulis maupun orang-orang yang memerlukannya
Agar umat Islam dapat lebih bersemangat untuk belajar dan mencari ilmu seluas-luasnya baik ilmu umum maupun agama



BAB II
PEMBAHASAN

A.     Motivasi
1. Pengertian Motivasi
      Dalam kamus bahasa Indonesia motivasi berarti dorongan, semangat, stimulus, dan rangsangan. Maksudnya, motivasi adalah suatu daya yang menjadi pendorong seseorang untuk bertindak, dimana rumusan motivasi menjadi sebuah kebutuhan yang nyata dan merupakan muara dari sebuah tindakan. Jika sebuah tindakan tidak memiliki satu tujuan, tentu  seseorang dapat dikatakan sebagai tidak memiliki motif untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu. Bahkan motif bisa dikatakan sebagai daya penggerak aktif dari sebuah tindakan, terutama ketika seseorang berada dalam keadaan dimana dia memiliki kebutuhan yang sangat mendesak .
      Mc Donald sendiri menyatakan bahwa motivasi merupakan sebuah proses perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai munculnya feeling yang kemudian terumuskan dalam satu rumusan tujuan yang setelah seseorang memberikan tanggapan atau sikap. Tiga elemen penting motivasi sebagai sebuah proses perubahan energi dari Mc Donald ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.    Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi dalam sistem neuro physiological yang ada pada organisme manusia. Dalam tahap ini, meski motivasi merupakan “rahasia” dalam diri manusia, tetapi penampilannya bisa diidentifikasi dari sejumlah kegiatan fisik manusia berupa perbuatan atau tingkah laku.
b.    Motivasi ditandai dengan timbulnya rasa atau feeling, afeksi seseorang. Ia bisa dijelaskan dengan contoh: ketika seseorang menerima kabar bahwa ia harus pulang karena orangtuanya meninggal, secara langsung yang bersangkutan memperlihatkan adanya feeling yang tidak bisa dilihat dari ekspresi sedih wajahnya atau berupaya untuk menghilangkan rasa sedih itu.
c.    Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Ia bisa dijelaskan dengan contoh seorang mahasiswa memperoleh nilai tinggi, otomatis ia akan terangsang untuk belajar lebih giat supaya tujuannya tercapai.

      Dengan demikian, bagi Mc Donald motivasi merupakan respons terhadap sesuatu berupa rasa atau feeling yang dibarengi dengan adanya tujuan tertentu yang teraplikasikan melalui perbuatan dan tindakan.
      Seberapapun perbedaan para ahli dalam mendefinisikan motivasi, namun dapat dipahami bahwa motivasi merupakan akumulasi daya dan kekuatan yang ada dalam diri seseorang untuk mendorong, merangsang, menggerakkan, membangkitkan dan memberi harapan pada tingkah laku. Motivasi menjadi pengarah dan pembimbing tujuan hidup seseorang, sehingga ia mampu mengatasi inferioritas yang benar-benar dirasakan dan mencapai superioritas yang lebih baik. Makin tinggi motivasi hidup seseorang maka makin tinggi pula intensitas tingkah lakunya, baik secara kuantitatif maupun kualitatif[12].

2.    Macam-Macam Motivasi
     Dalam Psikologi, motivasi bisa diartikan juga sebagai sesuatu yang menjadi pendorong timbulnya tingkah laku. Pendorong timbulnya tingkah laku atau motivasi itu ada dua macam yaitu Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik dengan pengertian sebagai berikut :
a.    Motivasi Intrinsik ialah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar dn tidak membutuhkan rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu[14]. bisa dikatakan bahwa motivasi Intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu.
Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan yang lurus, ia berkeinginan untuk menjadi seorang yang berpengetahuan dan berpendidikan. Tanpa belajar, ia tidak akan menjadi seorang yang berpengetahuan dan berkependidikan. Jadi, semua itu timbul dari dalam diri siswa tersebut dengan tujuan secara essensial, bukan sekedar simbol belaka.
Adapun motivasi intrinsik bisa kita lihat dari sisi berikut ini:
Persepsi seseorang mengenai diri sendiri
Harga diri
Harapan pribadi
Kebutuhan
Keinginan
Kepuasan kerja
Prestasi yang dihasilkan
b.    Motivasi Ekstrinsik ialah motivasi yang datangnya dari luar individu, atau motivasi ini tidak ada kaitannya dengan tujuan belajar  yang menjadi perangsang dari luar, seperti: belajar karena takut kepada guru, atau karena ingin lulus, ingin memperoleh nilai tinggi, yang kesemuanya tidak  berkaitan langsung dengan tujuan belajar yang dilaksanakan. Motivasi Ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imabalan dan hukuman. Misalnya, murid mungkin belajar keras menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik.
  Kendati demikian, bukan berarti motivasi ekstrinsik itu tidak baik dan tidak penting. Karena dari segi psikologis, keadaan siswa bisa berubah-ubah, statis tidak dinamis. Oleh karena itu, untuk memperkokoh dan menguatkan mereka ketika mereka goyah adalah dengan memberikan asupan motivasi dari luar. Berikanlah motivasi kepada mereka dengan sesuatu hal yang dapat menarik mereka untuk tetap belajar dan mempertahankan prestasi mereka atau memperbaiki prestasi mereka, baik secara akademik maupun moral.
Adapun motivasi ekstrinsik bisa kita lihat dari sisi berikut ini:
Jenis sifat pekerjaan
Kelompok kerja dimana seseorang bergabung
Organisasi tempat bekerja
Situasi lingkungan pada umumnya
Sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya

      Sebagai contoh adalah seorang anak mempelajari sembahyang karena ingin tahu dan terampil melaksanakannya (motivasi intrinsik). Sebaliknya kalau ia mempelajari karena ingin dipuji atau takut akan dimarahi, maka dalam hal ini berlaku motivasi ekstrinsik[18].
      Baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik, kedua-duanya dapat menjadi pendorong untuk belajar, namun tentunya agar aktifitas dalam belajarnya memberikan kepuasan di akhir kegiatan belajarnya, maka sebaiknya motivasi yang mendorong siswa untuk belajar adalah motivasi intrinsik.

3.    Pengaruh motivasi terhadap Perilaku Manusia
    Negara yang paling maju dan paling jaya adalah negara yang menguasai teknologi dan informasi. Agar bisa mengikuti perkembangan dunia dan tidak menjadi bangsa yang dijajah, maka tidak ada pilihan lain kecuali belajar dan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia. Itu sebabnya ratusan tahun yang lalu Rasulullah saw sudah berpesan “tuntutlah ilmu”, tidak ada batasan usia dalam mencari pengetahuan, bahkan sampai mati (uthlubul ‘ilma minal mahdi ilal lahdi). Dan begitulah Rasulullah memberikan motivasi kepada umatnya untuk selalu belajar dan semangat dalam menggali pengetahuan agar tidak mudah dijajah oleh umat lain.
      Motivasi jelas memiliki pengaruh pada tingkah laku seseorang. Ia dapat menjadi pendorong, pemberi semangat untuk meraih sesuatu yang diinginkan dan dicita-citakan, bisa juga jadi pemelihara agar seseorang tidak mudah putus asa dan patah semangat, sehingga dengan gigih dan tekun terus mengusahakan sesuatu yang diinginkannya. Dengan motivasi kuat, maka akan muncul mental kerja keras dan tidak mudah putus asa. Secara umum motivasi yang dimiliki manusia amat ditentukan oleh tiga determinan pokok, yaitu:
a.    Determinan yang berasal dari lingkungan seperti kegaduhan, bahaya lingkungan, desakan guru, dll
b.    Determinan dari dalam diri individu seperti harapan atau cita-cita, emosi, insting, keinginan, dll
c.    Tujuan/intensif atau nilai-nilai suatu objek. Ia menyangkut faktor-faktor yang berasal dari dalam individu seperti kepuasan kerja, tanggungjawab, dll. Atau dari luar individu seperti uang, status, dll

4.    Hambatan Motivasi
Hambatan-hambatan motivasi dapat ditinjau dari dua faktor, yaitu[20]:
a.    Faktor internal, yaitu hambatan terhadap seseorang yang berasal dari dalam dirinya sendiri seperti kesehatan, kondisi alat indera dan keadaan psikis seperti intelegensia, minat, motivasi, kognitif dsb.
b.    Faktor eksternal, yaitu hambatan yang datang dari luar dan biasanya berkaitan dengan latar belakang seseorang seperti keadaan sosial (latar belakang keluarga, masyarakat, lingkungan), keadaan nonsosial (suhu udara, pencahayaan, penggunaan teknologi, dsb).



5.    Hubungan dan Fungsi Motivasi dengan Belajar
     Motivasi sangat berperan dalam belajar, dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dalam proses belajar, dan dengan motivasi itu pulalah kualitas hasil belajar siswa juga kemungkinannya dapat diwujudkan. Siswa yang dalam proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan berhasil belajarnya. Kepastian itu dimungkinkan oleh sebab adanya ketiga fungsi motivasi sebagai berikut:
a.    Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan.
b.    Penentu arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
c.    Penseleksi perbuatan sehingga perbuatan orang yang mempunyai motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah kepada tujuan yang ingin dicapai.

    Oleh karena itu, motivasi itu bukan hanya berfungsi sebagai penentu terjadinya suatu perbuatan tetapi juga merupakan penentu hasil perbuatan. Sejalan dengan arti dan fungsi motivasi tersebut dalam Agama Islam ada sejenis motivasi yang arti dan fungsinya sama yaitu “niat”, seperti yang di kemukakan oleh Rasulullah dalam sebuah hadits “Sesungguhnya setiap amal itu tergantung dari niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesutau (balasan perbuatan) sesuai dengan niatnya”.
     Dengan demikian niat itu sama dengan motivasi akan mendorong orang untuk bekerja atau melakukan suatu perbuatan dengan sungguh-sungguh (tekun) dan selanjutnya niat/motivasi itu pulalah yang akan menentukan pahala/balasan sebagai hasil perbuatannya.

B.     Belajar
     Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Untuk lebih jelasnya, disini akan dibahas mengenai belajar dan segala aspeknya.
Pengertian belajar
      Belajar merupakan istilah sederhana yang memiliki makna yang kompleks. Belajar merupakan perubahan permanen dalam perilaku yang disebabkan karena pengalaman (pengulangan, praktik, menuntut ilmu, atau observasi). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa bayi telah menunjukkan berbagai kemampuan belajar antara lain pembiasaan, pengondisian, belajar instrumental dan belajar sosial.
    Menurut Gordon H. Boower dan Ernest R.Hilgard, sebagaimana dikutip oleh Netty Hartati dkk, kata belajar dalam pengertian kata sifat “mempelajari” berarti memperoleh pengetahuan melalui pengalaman dan mempersepsikan secara langsung dengan indera. Banyak ahli Psikologi yang mengemukakan pandangan mereka mengenai pengertian belajar, diantaranya :
a.       Menurut Hilgard
Learning is the process by wich an activity originated or is changed through training procedures (wether in the laboratory of in the natural environment) a distinguished from change by factors not attributable to training
b.      Menurut Harold Spears
Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction


     Dapat disimpulkan beberapa hal penting dari beberapa ahli yang berkaitan dengan pengertian belajar sebagai berikut:
Belajar adalah proses tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan.
Perubahan tingkah laku akibat belajar itu berupa memperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki/meningkatkan perilaku yang sudah ada.
Perubahan tingkah laku yang ditimbulkan oleh belajar dapat berupa perilaku baik maupun buruk.
Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar itu terjadi melalui usaha mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau berarti dengan pengalaman atau latihan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kematangan fisik itu bukan perilaku belajar.
Perubahan tingkah karena hasil belajar bersifat relatif menetap bukan sementara.

     Skinner berpandangan bahwa belajar adalah perilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya kembali menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya menurun. Dalam belajar ditemukan hal berikut :
Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons si pembelajar.
Respons si pembelajar.
Konsekwensi yang bersifat menguatkan respons tersebut.

     Sedangkan dalam perspektif Islam makna belajar bukan hanya sekedar upaya perubahan perilaku. Konsep belajar dalam Islam merupakan konsep belajar yang ideal, karena sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Tujuan belajar dalam Islam bukanlah mencari rezeki di dunia ini semata, tetapi untuk sampai kepada hakikat, memperkuat akhlak, artinya mencari atau mencapai ilmu yang sebenarnya dan akhlak yang sempurna[26].

2.    Prinsip Belajar
     Untuk memperoleh pengertian belajar lebih jauh, Akyas Azhari dalam Bukunya Psikologi Umum dan Perkembangan menyebutkan prinsip-prinsip belajar, antara lain:
Belajar sebagai usaha memperoleh perubahan tingkah laku
Hasil belajar ditandai dengan perubahan seluruh aspek tingkah laku
Belajar merupakan suatu proses
Proses belajar terjadi karena ada dorongan dan tujuan yang akan dicapai
Belajar merupakan bentuk pengalaman

3.    Teori Belajar
     Dalam buku karya Ahmad Tafsir yang berjudul Metodologi Pengajaran Agama Islam dituliskan beberapa teori yang banyak mendasari metode-metode pengajaran pada zaman modern ini.
a.       Teori belajar Thorndike. Yang memandang sebagai suatu usaha memecahkan problem. Berdasarkan eksperimen yang dilakukannya ia memperoleh tiga buah hukum dalam belajar, yaitu law of effect, law of exercise, dan law of readiness (Ametembun, 1973: 17-18)
Law of effect menyatakan bahwa tercapainya keadaan yang memuaskan akan memperkuat hubungan stimulus dan respons. Secara umum Law of Effect berbunyi: sesuatu yang menimbulkan efek yang mengenakkan akan cenderung diulang dan sebaliknya. Kalau demikian, maka hadiah dan hukuman dalam proses belajar mengajar dalam ukuran yang tepat dan wajar maka bermanfaat bagi keberhasilan pendidikan.
Law of Exercise menyatakan bahwa respons terhadap stimulus dapat diperkuat dengan seringnya respons itu dipergunakan. Hal ini menghasilkan implikasi bahwa praktik, khususnya pengulangan dalam pengajaran adalah penting dilakukan.
Law of Readiness mengajarkan bahwa dalam memberikan respons subjek harus siap dan disiapkan. Hukum ini menyangkut syarat kematangan dalam pengajaran, baik kematangan fisik maupun mental dan intelek.
b.      Teori belajar B.F. Skinner. Teorinya adalah: Belajar yang baik ialah bila pelajar memperoleh sukses dan sukses itu membawa murid pada kondisi seperti itu. Pada proses pengajaran seperti ini murid-murid akan aktif belajar dan guru bertindak sebagai pembimbing belajar langkah demi langkah, yaitu dari frame satu ke frame selanjutnya, sampai terbentuk pola tingkah laku sebagaimana dikehendaki tujuan pengajaran. Dari konsep inilah dikembangkan metode pengajaran berprogram.

4. Faktor yang Mempengaruhi Belajar
     Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa yang secara garis besarnya terbagi menjadi dua bagian, yaitu faktor Eksternal yaitu yang berasal dari luar diri siswa seperti lingkungan dan instrumental, dan faktor Internal yang berasal dari dalam diri siswa seperti faktor Fisiologis dan Psikologis.
a.       Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor lingkungan alam/nonsosial dan faktor lingkungan sosial.
Yang termasuk faktor lingkungan nonsosial/alami ini ialah seperti keadaan suhu, kelembaban udara, waktu, tempat letak gedung sekolah, dan sebagainya.
Faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar.
b.      Faktor Instrumental
Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
c.       Fakto Kondisi Internal Siswa
Faktor kondisi siswa ini ada dua macam yaitu kondisi fisiologis siswa dan kondisi psikologis siswa.
Faktor kondisi fisiologis siswa terdiri dari kondisi kesehatan dan kebugaran dan kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan pendengaran.

     Adapun faktor psikologis yang akan mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah faktor minat, bakat, intelegensi, motivasi, dan kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi, ingatan, berfikir, dan kemampuan dasar pengetahuan yang dimiliki siswa[28].

C. Hadits-Hadits Mengenai Motivasi Belajar                            
     Setelah pembahasan materi motivasi dan metode penelitian pada bab sebelumnya, sekarang kita beranjak ke Bab IV (empat) yang tepatnya akan dibahas mengenai hadits-hadits yang bersangkutan dengan motivasi belajar. Dalam Bab ini akan dipaparkan secara luas mengenai hadits-hadits Nabi Saw mengenai motivasi belajar serta penjelasam dari makna hadits itu sendiri yang diambil dari beberapa tokoh.Dan tidak lupa pula dicantumkan analisis penulis didalamnya. Dengan begitu, pembahasan dalam Bab ini menjadi penjelas pada judul utama Skripsi ini.
     Berdasarkan penelusuran peneliti dalam empat Kitab Induk Hadits yaitu Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abi Dawud, dan Jami’ At-Tirmidzi, penulis menemukan beberapa hadits tentang motivasi belajar dari segi Ekstrinsik dan Intrinsik yang akan dipaparkan lebih detail. Namun penulis tidak menemukan satu hadits pun yang cocok yang berhubungan dengan motivasi belajar di dalam kitab Shahih Muslim, dikarenakan di dalam Kitab Shahih Muslim pada Bab Al-Ilm menjelaskan mengenai kebodohan dan akibat-akibatnya.  Sehingga penulis memberikan kesimpulan tiada hadits yang dapat memberikan motivasi kepada kita untuk terus belajar baik dari segi Ekstrinsik maupun Intrinsik.
     Selanjutnya, penulis ingin  memaparkan hadits yang dapat memicu kita untuk terus belajar disertai analisis penulis didalamnya, sehingga titik pembahasan dari judul Skripsi ini diketahui secara jelas. Untuk lebih jelasnya, mari kita baca dan simak baik-baik. Semoga “perkataan” Rasulullah kepada kita melalui haditsnya dapat terus menambah motivasi belajar kita tanpa kenal usia dan waktu. Utamanya, dengan niat yang lurus demi tegaknya kalimatullah di atas bumi ini.

1.    Keutamaan Menuntut Ilmu
a)   Terjemah

“Dari Abu Darda Ra, Aku mendengar Rasulullah bersabda: Siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah memudahkan jalannya menuju surga. Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya karena ridha terhadap penuntut ilmu dan sesungguhnya orang berilmu dimohonkan pengampunan baginya oleh makhluk di langit dan makhluk di bumi sehingga ikan-ikan di laut (juga mendoakannya). Keutamaan orang berilmu terhadap orang beribadah bagaikan keutamaan bulan terhadap sekalian bintang. Sesungguhnya ulama itu pewaris para nabi. Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham sesungguhnya mereka mewariskan ilmu. Barang siapa yang mengambilnya berarti ia mengambil bagian yang banyak”

b)   Pemahaman Hadits
     Siapa yang mencari suatu jalan, baik melalui hati atau inderanya untuk mencari ilmu agama baik sedikit ataupun banyak dengan memasang niat baik dan mengharap kemanfaatan darinya, maka Allah akan mempermudah jalannya menuju ke surga. Dalam hal ini dianjurkan pula untuk merantau dalam menggapai ilmu.
     Seperti halnya Nabi Musa ‘Alaihissalam yang mencari Nabi Khidir ‘Alaihissalam dan ia berkata sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat 66 “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?". Nabi Musa adalah Nabi yang sangat pandai, dan tidak ada yang menandingi kepintarannya. Namun, ketika Allah memberitahunya bahwa ada seseorang yang lebih pintar dari Nabi Musa, maka ia sangat ingin mengetahui kepintaran orang itu dengan maksud berguru kepadanya.
     Rasulullah saw diutus oleh Allah Swt untuk memberikan petunjuk kepada manusia ke jalan yang baik dan benar. Jalan kebahagiaan mereka dunia dan akhirat, jalan selamat dunia dan jalan kehormatan dunia akhirat. Untuk mencapai hal tersebut ilmu sebagai kuncinya harus dikuasai. Beliau selalu memberikan motivasi menuntut ilmu, menjadi ulama dan pewaris para Nabi. Hadits memberikan motivasi bagi mereka yang menuntut, memiliki, dan menyebarkannya. Ada beberapa motivasi bagi penuntut ilmu atau ‘alim yang disebutkan dalam hadits sebagai berikut :
1.      Dimudahkan jalan ke Surga, sebagaimana sabda beliau:

“Siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu”
Maksudnya barang siapa yang menempuh suatu jalan, berjalan atau masuk menuju tujuan mencari suatu jalan, baik ilmu sedikit atau banyak, ilmu agama maupun ilmu umum. Al-Thiby menjelaskan kata thariqon dan ‘ilma bersifat mutlak mencakup segala jenisnya, ia berbentuk isim nakirah (kata benda yang bersifat umum). Thariqon diartikan suatu jalan, menempuh suatu jalan baik dekat maupun jauh, keluar dari rumah maupun dari kampung halamannya, keluar dari kota atau dari negerinya.
2.      Dihormati para malaikat
Dalam garis besarnya ada dua makna yakni makna majas (metafora) dan makna hakikat. Makna majasnya, malaikat hormat dan merendah terhadap penuntut ilmu sedangkan makna hakikatnya, para malaikat menghamparkan sayapnya untuk diinjak atau diduduki para penuntut ilmu, karena ridha terhadapnya.
3.      Dimohonkan pengampunan makhluk di langit dan di bumi
Semua makhluk di langit dan di bumi, di daratan dan di lautan semuanya memohonkan ampunan kepada orang lain. Al-Thibiy mengatakan, bahwa orang ‘alim disini adalah orang ‘alim yang istiqomah, artinya yang konsisten pada ilmunya yakni mengamalkan ilmunya itu. Penyebutan ikan di laut menolak dugaan bahwa makhluk di bumi jangan di duga hanya di daratan, akan tetapi meliputi binatang darat dan laut.
4.      Sebagai penerang
Kedudukan orang ‘alim lebih utama dibandingkan dengan ahli ibadah. Maksud orang ‘alim disini adalah orang yang disibukkan dengan ilmunya untuk mengajar dan menyebarkannya setelah mengamalkanya, baik yang fardhu maupun yang sunnah. Adapun orang ahli ibadah adalah orang yang disibukkan dengan ibadah, seluruh waktunya di isi dengan ibadah sunnah sekalipun dia mengetahui hal-hal yang menyebabkan keabsahannya. Perbandingan keutamaan keduanya bagaikan perbandingan antara cahaya bulan purnama dan cahaya bintang-bintang di langit. Al-Qadhy  berkata : persamaan antara orang ‘alim dan bulan purnama, dan orang ‘abid dengan bintang, kesempurnaan ibadah dan cahayanya tidak menjalar terhadap orang lain sedangkan cahaya orang ‘alim menjalar kepada orang lain.
5.      Pewaris para Nabi
Ulama adalah pewaris para Nabi di dalam menyampaikan ilmu dan menghukumi diantara manusia dengan ilmu, bukan di dalam membuat syariat[42]. Ulama sebagaimana disebutkan diatas adalah orang yang mengerti berbagai problema masyarakatnya dan pengertian mereka tidak terbatas fokus pada hukum-hukum agama, tetapi juga mencakup seluruh problema kehidupan. Mereka bahkan mampu memimpin bangsa untuk mengangkat senjata di hadapan penjajah. Mereka dapat menjalin hubungan dengan semua lapisan masyarakat atas dasar “pikiran” dan “rasa” yang mendalam.
Dinar dan dirham cerminan harta benda, artinya para Nabi tidak mewariskan harta atau benda sedikitpun, mereka hanya mewariskan ilmu. Ilmu yang diwariskan para nabi banyak sekali tetapi semuanya digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah, untuk menunjukkan keesaan Allah, dan untuk mempertebalk keimanan kepadaNya.
6.      Ilmu bagian yang banyak
Barangsiapa yang mengambil warisan ilmu berarti mengambil bagian yang banyak, tidak seperti warisan harta benda yang lenyap kemudian. Ilmu sebagai kunci kesuksesan dunia dan akhirat, seorang yang ingin memperoleh kebahagiaan dunia, harus disertai ilmu, seseorang yang ingin mendapatkan kebahagiaan akhirat harus disertai ilmu juga. Seseorang yang mendapatkan warisan ilmu akan dapat memperoleh segala kebahagiaan tersebut, tetapi seseorang yang hanya mendapatkan warisan harta benda saja tanpa disertai warisa ilmu, harta tidak akan membahagiakan.


2.       Belajar Karena Allah
a)    Terjemah

“Dari Abu Hurairah Ra dia berkata, Rasulullah saw bersabda : Siapa yang belajar yang harus dicari untuk semata-mata karena mencari ridha Allah Azza wa Jalla, ia tidak belajar kecuali dengan niat mencari kenikmatan dunia maka pada hari kiamat ia tidak akan mencium wanginya surga”

b)   Pemahaman Hadits
     Hadits yang bersifat motivasi ekstrinsik ini membimbing kepada umat agar mempunyi tujuan yang ikhlas dalam mencari ilmu yakni mencari ridha Allah bukan mencari selain Allah. Ikhlas dalam arti yang sederhana adalah bersih dari niat yang tidak baik, bersih hanya karena Allah.
     Al-Zarnujiy memberi bimbingan bahwa mencari ilmu hendaknya tulus yakni memperoleh ridha Allah, menghilangkan kebodohan dari dirinya dan dari umat manusia, menghidupkan agama Allah, sebab ilmu inilah agama menjadi hidup.
     Hadits ini menerangkan bahwa kita tidak boleh belajar karena ingin mencari kehidupan dunia. Kita harus belajar yang diniatkan karena Allah dan meninggikan agama Allah serta menghidupkan sunnah Rasulullah Saw. Karena jika kita telah memilki niat yang lurus, maka kehidupan dunia pun akan berkah kita dapatkan.
     Rasulullah memperingatkan kita untuk memiliki suatu niat yang suci dalam menuntut ilmu yaitu karena Allah. Allah selalu berada dekat orang-orang yang hatinya merasa dekat denganNya, dan ia pun akan jauh dari orang-orang yang hatinya jauh dariNya. Jika kita sudah merasakan hati kita dekat Allah, maka segala kesulitan dunia dapat kita hadapi dengan lapang dada terutama kesulitan belajar. Belajar karena Allah akan membuat hati kita tenang.
     Orang yang menuntut ilmu dengan niat untuk mendapatkan dunia, maka dia tidak akan mendapatkan wanginya surga, padahal surga telah tercium baunya dalam jarak yang jauh. Ini berarti secara tidak langsung Allah mengharamkannya untuk masuk ke surga-Nya. Dan tentu ia akan memiliki derajat sangat rendah, karena kenikmatan dunia tersebut tidak ada nilainya sama sekali dibanding kenikmatan akhirat. Untuk itu, berhati-hatilah kita dari melencengnya niat dalam menuntut ilmu.
     Hendaklah seseorang yang menuntut ilmu memiliki sikap ikhlas dalam menuntut ilmu dan mempunyai niat mencari ridha Allah, segala sesuatu yang yang diberikan sebagai penyemangat belajar namun jangan melunturkan keikhlasan kita dalam menuntut ilmu[46].
 


3.       Penuntut Ilmu karena Allah Senantiasa dilindungi Allah
a)    Teks Hadits dan Terjemah

“Humaid bin Abdurrahman Ra berkata “Saya mendengar Muawiyah berkhutbah (dalam khutbahnya ia berkata) “Rasululah saw bersabda “Jika Allah menghendaki kebaikan kepada seseorang, maka Dia akan menjadikannya sebagai ahli agama. Saya ini hanya pembagi (penyampai wahyu secara merata), sedangkan yang memberi (pemahaman) adalah Allah. Sebagian dari umat ini akan tetap berpegang teguh pada agama Allah, tidak ada yang dapat mempengaruhinya sampai hari kiamat nanti.”

b)   Pemahaman Hadits
     Muawiyah dalam hadits ini adalah Muawiyah bin Abi Sufyan. Hadits ini mengandung tiga pelajaran penting, yaitu :
1.      Keutamaan mendalami agama
2.      Pada hakikatnya yang memberi segala sesuatu adalah Allah
3.      Akan selalu ada sebagian orang yang tetap berpegang teguh kepada kebenaran (agama Islam)
     Pelajaran pertama adalah berkaitan dengan bab “ilmu” dan pelajaran kedua berkaitan dengan permasalahan shadaqah, oleh karena itu Imam Muslim meriwayatkan hadits tersebut dalam bab “zakat”, yaitu bab “khumus” (seperlima dari rampasan perang). Sedangkan pelajaran ketiga berkaitan dengan tanda-tanda hari kiamat, maka imam Bukhari meletakkannya dalam bab “I’tisham” (berpegang teguh kepada agama), karena hal itu mengisyaratkan bahwa seorang mujahid akan tetap ada sepanjang masa.
     Adapun yang dimaksud “Amrullah” disini adalah angin yang mencabut jiwa setiap orang yang beriman dan membiarkan orang-orang jahat tetap hidup sehingga mereka akan menyaksikan dahsyatnya hari kiamat.
     Ketiga, hadits diatas sangat berkaitan dengan bab “ilmu”, karena hadits tersebut menjelaskan bahwa orang yang mendalami agama Allah akan selalu mendapatkan kebaikan, dan hal ini tidak hanya dapat dicapai oleh manusia dengan usaha saja, tetapi dapat dicapai juga oleh orang yang hatinya telah dibukakan oleh Allah, dan orang semacam itu akan tetap ada sampai hari kiamat nanti. Imam Al-Bukhari berpendapat bahwa orang-orang tersebut adalah para ulama hadits. Imam Ahmad bin Hambal berkata “jika bukan ulama hadits, maka saya tidak tahu siapa selain mereka”.
     Ilmu agama dan kebaikan harus diusahakan melalui proses pembelajaran di samping pemberian Allah Swt. Dengan demikian, setiap anak didik harus selalu berusaha memahami ajaran agama itu. Memahami agama dalam bahasa hadits tersebut menggunakan kata “yufaqqihhu fid-diin”
     Hadits diatas juga menunjukkan bahwa seseorang tidak disebut faqih melainkan apabila ia mengamalkan apa yang diketahuinya. Jika keadaannya demikian, maka barulah sah bila dikatakan tentangnya (Siapa yang dikehendaki baik oleh Allah). Adapun orang yang mengetahui, tapi dia tidak mengamalkan ilmunya, maka dia akan menerima celaan dan ancaman sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 44 berikut ini:

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”

     Tidak akan berkumpul antara kebencian dan kehendak baik, maka dari situ dapat diketahui bahwa tafaqquh fid-din (kefahaman tentang agama) adalah ilmu dan amal sekaligus. Ibnu Qayyim berkata “Dan siapa yang dipahamkan Allah dalam urusan agamanya, maka Dia menghendaki kebaikan atasnya. Yakni apabila dia dikehendaki memahami ilmu yang mengharuskan amal. Adapun jika yang dikehendaki padanya cuma sekedar ilmu, maka itu tidak menunjukkan bahwa siapa yang memahami urusan agama berarti telah dikehendaki baik atasnya”
     Rasulullah mengatakan bahwa ia hanya sebagai “pembagi ilmu” kepada seluruh manusia, Allah sebagai penghendak segala sesuatu di dunia ini. Namun, walaw Allah sebagai penguasa di dunia ini, bukan berarti manusia berhenti dan tidak berusaha. Untuk mendapatkan hidayah Allah, kita wajib untuk berusaha mengejar hidayahNya. Ketika Allah melihat usaha kita dengan sungguh-sungguh maka bisa saja ia berkehendak menjadikan kita sebagai orang baik yang selalu berpegang teguh kepada ajaran Islam[50].
     Islam sangat menganjurkan belajar, hadits ini adalah salah satu pemompa semangat kita dalam belajar. jika kita terus belajar dan berusaha dengan sungguh-sungguh, Allah pun tidak buta dengan usaha kita, lambat laun Ia akan menjadikan kita faham akan segala ilmuNya. Oleh karena itu hadits ini termasuk ke dalam jenis hadits yang memotivasi belajar dari segi Ekstrinsik.





BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
  Berdasarkan hadits-hadits yang telah ditelaah jelaslah bahwa belajar merupakan kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan, dan tak ada batasan waktu kecuali telah masuk ke liang lahat. Karena kehidupan manusia di penuhi dengan hal-hal yang baru setiap waktu, oleh karena itu belajar segala hal yang bermanfaat sangat dianjurkan di dalam agama Islam. Terutama belajar ilmu syara dan agama itu yang harus di lakukan agar dapat mengenal agama dan Tuhannya dengan baik.
      Rasulullah memotivasi para shahabatnya dengan motivasi dari dalam dan dari luar individu namun utamanya belajar harus diniatkan karena Allah Swt, yaitu untuk meninggikan agama Allah dan menghidupkan Sunnah Nabi Muhammad saw. Karena memang sebagai kewajiban seorang hamba untuk selalu menjaga segala yang telah diturunkan (Al-Qur’an dan Hadits), demi kemaslahatan bumi, manusia dan alam semsta ini. Orang yang senang menuntut ilmu maka Allah akan angkat derajatnya, baik di mata manusia maupun di mata Allah. Islam telah menjelaskan lewat perkataan Nabi Muhammad bahwa manusia terkadang memiliki semangat tinggi dan terkadang memiliki semangat rendah. Dan yang menimbulkan semangat dalam belajar itu bisa dari faktor ekstrinsik ataupun intrinsik.
      Motivasi belajar yang saat ini dijadikan suatu teori oleh Ilmuwan Barat, ternyata telah dilakukan sebelumnya oleh Rasulullah Saw. Bahkan Rasulullah Saw mempraktikkannya secara langsung dengan memberikan janji-janji dari Allah. Untuk memompa semangat belajar, memang sangat dibutuhkan suatu tiupan motivasi baik dari intra diri maupun ekstra diri, namun motivasi yang kita dapat bukanlah sebagai acuan untuk belajar. Belajar harus diniatkan karena Allah Swt.

C.     Saran-Saran
       Dengan penuh kerendahan hati dengan tidak maksud menggurui, penulis ingin menuliskan beberapa saran yang berkaitan dengan tema skrispi ini. Dengan harapan semoga menjadi motivasi bagi kita semua untuk terus memperbaharui hati dan pikiran dalam menuntut ilmu hanya karena Allah Swt. Beberapa saran itu antara lain :
  Dan sebagai pengalaman kehidupan bahwa ilmu agama itu sangat urgen sekali dipelajari semenjak dini. Karena ilmu agama dapat membahagiakan pemiliknya di dunia maupun akhirat. Pelajarilah ilmu akhirat untuk dapat bertemu dengan Tuhanmu dalam keadaan sebaik-baik hamba dan pelajarilah ilmu dunia sebagai washilah untuk melestarikan ciptaan Allah dan mendapat keridhoanNya.



DAFTAR PUSTAKA

http://www.pengertianahli.com/2013/09/pengertian-motivasi-menurut-para-ahli.html#
https://kamriantiramli.wordpress.com/2011/05/27/macam-macam-motivasi/
http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/
http://arnimabruria.blogspot.co.id/2010/10/teori-motivasi-menurut-islam_29.html


Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : MAKALAH HADIST TARBAWI

0 komentar:

Post a Comment